Akhirnya, setelah molor seminggu, artikel ini jadi juga. padahal tadi bikinnya gak nyampe seharian, paling cuma 2 jam. wahahaha. inspirasi memang harus dicari, dan tak pelak, juga harus dinanti. .
semoga bermanfaat di sini,
Memberi dengan Hati
“Bersedekahlah ketika engkau dalam keadaan sehat, sedang berhemat, takut miskin, dan mendambakan kekayaan. Janganlah menunda hingga menjelang ajal engkau baru mengatakan ‘Ini untuk si Fulan dan itu untuk si Fulan,’ padahal kesempatan itu telah berlalu.” (Muttafaq ‘Alaih)
Sering kita temui di sekitar kita, fakta bahwa bersedekah, atau berinfaq dimaknai sebagai ajang untuk membuang hal-hal yang tidak sukai, atau barang-barang yang kita anggap kurang berharga. Sebagai contoh, kotak infaq di masjid-masjid disesaki dengan uang receh, atau uang dengan nominal kecil. Di baksos-baksos, yang disebut pakaian pantas pakai adalah pakaian lusuh, buluk, ketinggalan jaman, atau berbau apak pertanda sudah mengeram di gudang sejak lama.
Dan ketika diminta untuk bershadaqah, padahal di dompet kita ada beberapa lembar uang puluhan ribu, bahkan ratusan ribu, kita lebih memilih untuk melewatkan momen bershadaqah itu, hanya karena tidak adanya uang dua ribuan, seribuan, bahkan uang receh, yang kita tidak akan merasa berat hati untuk disumbangkan.
Padahal Allah telah memperingatkan dalam firman-Nya
“Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk lalu kamu nafkahkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Kaya, Maha Terpuji.” (QS. Al Baqarah: 267)
Dari ayat di atas, dapat kita ambil pelajaran berharga, bahwa berikanlah barang yang kita sukai. Yang masih kita sayangi. Mungkin karena harganya yang mahal, karena masih bermanfaat, atau untuk pakaian, karena jahitannya masih bagus, warnanya masih cemerlang, atau karena mereknya yang terkenal.
Ditegaskan pula dalam ayat itu, Allah Maha Kaya, Maha Terpuji. Allah tidak membutuhkan sedekah kita yang sangat-sangat kecil dibanding nikmat berlimpah-Nya yang Dia anugerahkan kepada kita. Sekali lagi, bersedekah adalah kebutuhan kita, dan kewajiban kita jika kita masih memiliki empati kepada sesama. Bersedekah adalah bukti rasa syukur kita. Bersedekah akan membersihkan hati kita dari sifat kikir dan bakhil, membersihkan harta kita dari kemungkinan haram, mengubur noktah-noktah kemiskinan yang angkanya masih cukup tinggi di Indonesia.
Setiap muslim bersaudara. Dan sebuah hadits menekankan bahwa setiap muslim terhadap muslim yang lain laiknya manusia dengan satu tubuh. Jika jemari kita sematkan cincin emas, tentu akan senang jemari dan hati kita jika ia dapat berkata. Namun jika jemari itu kita tunjamkan ke sampah yang bau, tentu murkalah kita sebagai pemilik tubuh. Begitu pun dalam memberi, hendaknya selalu kita pertimbangkan apa yang akan kita beri, apakah itu sesuatu yang dapat disebut ‘pantas’ atau tidak, berharga dan bermanfaat atau tidak.
Dengan hati, kita memberi. Sertakan keikhlasan dan raut muka yang ceria berseri-seri dalam setiap sedekah kita. Buah sedekah itu akan terasa manis dan menghangatkan hati kita, yaitu ketika orang lain pun juga senang menerima sedekah kita. Ikhlas dalam bersedekah bukan berarti kita memberi sesuatu yang bernilai kecil, lalu kita lupa akannya. Tapi ikhlas sesungguhnya adalah ketika kita memberikan barang yang kita masih ada keperluan akannya, barang yang kita cintai, lalu kita berikan kepada orang lain sehingga orang lain akan berkecukupan dan bersuka hati sama seperti kita yang bersuka hati ketika masih memilikinya.
Seperti kisah tiga fulan yang terkapar di padang gurun dengan sekantung air yang tersisa. Masing-masing saling mengutamakan yang lain. hingga syahid lah ketiganya.
Mulailah untuk memberi dengan harta kita yang paling baik, yang kita pilih karena kita cintai, yang halal, tidak ada syubhat di dalamnya, tidak ada maksiat, dan tidak pula ada keharaman.
Mulailah memberi dengan hati.
***