Hari yang sangat bahagia yang sudah lama dinanti akhirnya datang juga. Seorang akhwat yang cimahi dia menyebut dirinya, Ssssst…bukan nama daerah yang ada di jawa barat lohHhh,,heee, maksudya”centil manja ala hidup islami”. Dia adalah ukhti Zei seorang aktivis kampus dengan segudang kegiatan. Katanya itu melambangkan sedikit tentang dirinya.
Kebahagiaan yang tidak ternilai taranya setelah menuntut ilmu 4 tahun di kampus matahari terbit ini, akhirnya hari yang ditunggu pun tiba. Ia duduk paling depan, bersama teman seperjuangannya, teman yang mengerti akan dirinya, teman yang membawa dirinya dari jaman yang gelap kejaman terang benderang (waduh…kayak kartini aja heee ).
Satu persatu nama disebutkan dan akhirnya tibalah nama Zei disebutkan. Saat Padek ingin menyerahkan piagam yang menandakan ia t’lah mejadi seorang sarjana keperawatan, Zei mencuri pandang kearah kiri, dilihatnya wanita yang paruh baya itu mengeluarkan gerimis dan reda karena teriknya matahari, yang didampingi anak tertuanya. Seorang ibu yang kuat, sabar, penuh kasih sayang dan penyemangat bagi anak-anaknya. Beliau adalah ibu Zei.
(Zei kaget) Padek memanggilnya, “ayo buruan” dan akhirnya piagam itu nyampai juga ketangannya, pertanda Zei sudah sah jadi sarjana keperawatan, pikirannya langsung berkelana (mengingat perjuangan Rufaidah, perawat muslimah pertama).
Dia pun mendapat nilai yang sangat memuaskan sebanding dengan usahanya selama ini. Walaupun seorang aktivis dia tidak pernah mengabaikan amanah orang tuanya. Makanya ia pun lulus tepat waktu. Orang tuanya sangat bangga pada dirinya. Acara wisuda pun selesai, sekarang giliran foto-foto keluarga heee, tiba2 Zei dan keluarganya terpisah. Mereka saling mencari dikerumunan orang banyak. Ibu paruh baya itu kembali lagi kedalam sportorium sepertinya mencari berlian yang hilang, (beliau melihat kesana-kemari belum juga menemukannya).
“kak, kemana aboen\(nama kesayangan)" kata ibu itu. Kakak Zei :“gak tau mak, paling kumpul dengan kawannya”. Setelah lama mencari akhirnya ibu itu tertuju pada anak gadis yang anggun dan cantik, mengenakan kebaya warna merah marun yang tidak asing lagi baginya. “abon” sapa beliau. Zei pun menoleh dan langsung menghampiri ibunya, memeluk dan menciumnya sambil berkata “terimakasih mak, atas do’a mak aku bisa seperti sekarang”. (Air hujan pun turun kembali) “ boen, kamu sudah membahagiakan mak dan keluarga. Kamu sudah menjadi anak yang soleha dan berbakti pada orang tua seperti yang diinginkan ayah mu”.
Ya, Zei ingat dengan cerita ibunya 6 tahun silam waktu ia duduk di kelas X1 SMA. Ia berasal dari Sumatra. Waktu liburan semester, seperti biasa Zei pulang ke desa yang jarak 1,5 jam dari kota tempat ia menuntut ilmu untuk melepas kangen. Setelah dua hari di desa seperti biasa ibunya mengajak Zei pergi ke kebun untuk menemani beliau. Waktu itu musim panen sahang (lada). Itu hal yang menyenangkan bagi Zei. Hanya Zei dan ibunya yang kekebun karena kakaknya ada urusan dengan bisnisnya. Sesampai di kebun mereka pun langsung memetik sahang. Mereka larut dengan alunan musik radio zaman orde baru itu. Tiba-tiba Zei bertanya : “ mak, kapan ayah meninggalkan kita?”.
“ kok pertanyaannya gitu” sahut ibunya.
“ ya aku kangen aja, tadi malam aku mimpi ada seorang bapak memanggil ku dengan sebutan anak ku, kamu membuat ku bahagia, udah gitu aku terbangun”.
“ waktu kamu berumur 8 bulan boen”
“bearti seumuran aku ayah udah ninggalin kita” kata Zei.
“ ya, 9 tahun ayah mu sakit-sakitan dan gak bisa bekerja, alhamdulillah Acu mu (paman) yang membantu mak menghidupi kakak-kakak mu. Lalu lahirlah kamu.
Waktu masih bayi ayah mu mengendong mu dan berkata pada mak,”Na, anak ini yang akan menolong aku nanti, yang akan membahagiakan keluarga”. Mak bilang : “ mana mungkin bisa nolong kamu yah,orang dia masih kecil”. Ayah berkata : “ lihat aja nanti Na, kalau tidak percaya”. Waktu kamu berumur 8 bulan beliau menghembuskan nafas terakhirnya.“ mak…(dari jauh kakaknya Zei memanggil) ayo kita foto keluarga”.
Dia adalah seorang kakak yang sangat baik, gigih, tegas, tetapi penyayang dan tak pernah lelah mencari nafkah untuk keluarganya dan membiayai adiknya yang sekarang baru saja sarjana. Seorang kakak yang hebat, pengganti ayah bagi adik-adiknya. Selesai berfoto dengan gaya yang narsis bersama keponakannya yang imut2 heee. kakak Zei, Ayuknya dan ponakan2nya pulang duluan kepenginapan, tinggallah Zei dan ibunya. Mereka berjalan menuju taman Firdaus (taman didekat maskam), dengan sedikit membawa makanan untuk ikan-ikan yang slalu menanti kedatangannya. Sebentar lagi mereka akan kehilangan sang dermawati yang slalu menemani mereka setiap pagi.
Mereka duduk sambil mengamati gerik-gerik ikan sambil menaburkan sedikit rezeki untuk mereka. “ mak setelah ini aku profesi 1,3 tahun untuk ngambil gelar Ners,” (celetus Zei dengan nada manja). “Setelah itu pulang kedaerah kan?”
“ tentulah mak ku sayang”
, aku pengen menjadi agent of change,dan………(sambil tertawa) ” kata Zie.
Kata ibu “ apalagi?”
“heeee s’tlah 2 tahun bekerja aku mau ngelanjutin S2 ngambil spesialis jiwa minimal di Malaysia, Mak ngizinkan?”. “Tentu aboen, selagi itu yang terbaik untuk mu” sahut ibunya.
“Ya, Allah itu Maha Pengabul do’a hamba2nya ya mak, akhirnya cita-cita ku terkabul. Aku seperti mimpi mak”.
“Makanya jangan pernah kamu berpaling dariNya anakku,” sahut ibunya.
Kumandang adzan memecahkan percakapan mereka, lalu mereka menuju rumah Allah.
Don't Ever Forget Why You were Born to This World!
Remember Your Creator, Your Majesty, Your Almighty, Your God, ALLAH in every single second you have. .