Sifat pertemanan yang baik itu perlu dipelajari. Kenapa aku bilang gitu? Karena hari ini aku mempelajari salah satunya, kesetiakawanan.
Aku memahami dengan baik bahwa diriku adalah orang yang tidak masalah melakukan apa pun asalkan itu juga bermanfaat untuk diriku. Seperti sore ini, setelah operasi selesai kami harus pergi ke rumah makan Joyo untuk memesan nasi kotak demi penutupan stase anestesi kami besok.
Hujan turun begitu deras. Kami terhenti di pos satpam, berdiri menunggu air merambati baju dan badan kami dari bawah. Aku pun berinisatif untuk melakukannya sendiri, karena memang menurutku tubuhku kuat, ga gampang sakit. Jadi kumintalah Nike dan Arum pulang.
Mereka ga mau ternyata. Malah mereka ingin menemaniku hujan-hujanan, mengenakan mantel masing-masing. Aku terdiam. Sebenarnya aku ingin membantah, sudahlah, aku sendiri juga ga masalah, toh yang penting tujuan kita tercapai, pesanan bisa dibuat, dan besok makanan diantar. Aku khawatir mereka sakit, atau mereka kenapa-napa jika memaksakan diri.
Pahit-pahitnya kalo aku yang sakit, kan mereka berdua besok bisa gantian bantu aku jika banyak operasi, bukan malah kita bertiga ambruk, tepar.
Tapi ternyata mereka keras kepala. Yasudahlah. Mari kita hujan-hujanan bertiga. Di tengah jalan, aku berpikir, beruntungnya aku. Aku tak merasa sendirian. Memang aku tahu aku bisa menyelesaikannya sendiri. Namun dengan bertiga seperti ini, rasa sepi itu bisa hilang. Di luar boleh dingin, tapi hatiku terasa hangat. Inilah pertemanan. Karena hanya dengan kehadirannya saja bisa mengusir kesepian di hati.
Melakukannya sendiri memang lebih praktis, tapi sekali-kali seperti ini pun boleh juga. Aku merasa waktu melambat, rasa senangnya berbeda. Hahaaa. Happyyy.
Di lain kesempatan, Arum dan Nike pun membuatku belajar tentang arti teman. Malam sebelumnya aku ikut operasi cito hingga pukul 11 malam. Tetapi aku masih bisa tidur cukup, hampir 5 jam. Bangun pun rasanya segar. Namun ketika aku berangkat ke rumah sakit, kedua temanku, Arum dan Nike menyuruhku ke kantin saja. Duduk-duduk. Haha. Aku geli sekali dengan permintaan mereka. Cuma melek sampai jam 11 malam saja kan hal yang biasa, kok bisa jadi ga dijatah follow up gini. Aku masih kuat kok, sanggahku. Kami sempat berbantah-bantahan. Mereka tetap kukuh memaksa. Namun aku mengalah. Aku sadar, jika aku menjadi penurut, mengikuti permintaan mereka, mereka tentu merasa puas dan senang. Tidak merasa tawaran pertolongan mereka ditolak. Lalu pergilah aku ke kantin.
Di kantin, aku berpikir, beginilah pertemanan. Ada kompromi. Ada pertolongan. Ada kebersamaan. Adanya mereka saja sudah membuat duniaku sedikit berbeda. Adanya mereka membuatku merasa wajar bahwa terkadang kita boleh merasa lemah dan membutuhkan pertolongan. Mereka memaksaku menjadi manusia, bukannya mesin seperti aku selama ini. Yang selalu bekerja tanpa kenal lelah.
Terima kasih.
Aku mengerti seperti apa teman yang baik dari cara kalian memperlakukanku. :). Aku akan terus belajar. Semangat Anna. I know you can.
Don't Ever Forget Why You were Born to This World!
Remember Your Creator, Your Majesty, Your Almighty, Your God, ALLAH in every single second you have. .