Malam ini hujan turun begitu deras. Tak putus sejak pagi tadi. Aku sendiri sudah merasakan kok, berada di bawah hujan selebat ini tuh kayak dihujani dengan batu kerikil yang tajam, sakit di kulit, dan dingin. Tadi siang waktu pulang dari Wonosari, kulitku sampe perih gara-gara dibombardir butiran air ini. Lantas malam harinya, dengan hujan yang masih deras bahkan sampe banjir-banjir, aku jadi kepikiran bahwa banyak orang di luar sana yang tidak bisa menyelamatkan diri dari kondisi ini.
Sudah sepatutnya aku bersyukur. Tentu sewaktu aku kehujanan tadi, rasanya inferior banget, harus tegar banget, mana jalan berkabut tebal, jarak pandang terbatas, dan badan basah semua, gak ada efeknya pake mantel hujan, menurutku. Tapi pada akhirnya aku bisa selamat, dan bernaung di bawah atap rumah, melingkungi diri dengan selimut, makanan penghangat perut, dan kasur empuk. Kalo kubayangin, di luar sana banyak yang nggak punya kendaraan sendiri, banyak yang ga punya jas hujan, banyak yang gak punya rumah layak huni, rasanya sedih banget. Trus jadi keinget, apa mungkin yang bisa kulakuin untuk mereka. Di sinilah aku bersyukur karena aku sedang menempuh jalan yang mulia. Jalan untuk menjadi dokter. Jalan yang memampukanku membantu orang lain, jika aku berusaha sejak sekarang agar menjadi dokter yang baik.
Semoga kelak aku bisa menaungi hati-hati yang kedinginan, dan kemudian hari aku mampu memayungi fisik-fisik yang kehujanan dan kedinginan dengan gratis. Aamiiiin. J
Makanyaa Anna, belajarlah dengan rajin. Fokuslah pada tujuan besarmu itu. semangatlah. Bacalah dengan niat yang tulus dan murni. Bertindaklah dengan hati nurani. Lakukan dengan cinta. I know you can.