twitter



18:49 Waktu Laptop. Singgasana Emas
kemarin

Hari ini tamat sudah aku membaca Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas – nya Andrea Hirata. Novel yang penuh makna. Benar. Lalu aku teringat seorang sosok sentral dalam hidupku. Mungkin karena terbayang tokoh Syalimah, alias Ibunya Enong Maryamah Karpov sang Juara Catur, a.k.a istrinya Zamzani, seorang suami penuh cinta kasih.
Ibu.
Ibu. Ibu. Ibu. Ibu. Ibu. Ibu. Ibu.
Ingin kuucapkan seribu, bahkan sejuta kata ibu dari lubuk hatiku terdalam. Agar ibu mendengar. Agar ibu tersentuh dan tersipu.
Ibu. Aku bahkan tidak mampu menjadi pahlawan-mu. Dua hari aku mengenyam hari libur nasional. Tentu saja bukan hari libur nasional Negara Republik Indonesia. Hanya semata-mata hari libur nasional milik Estianna Khoirunnisa.
Apa kerjaanku? Bersenang-senang. Memanjakan diriku sendiri dan nafsuku yang tersedak tercekat belum tersalurkan kemarin-kemarin. Dan, tentu saja. Lantas, aku diomeli ibu.
Hehehehe. Aku ini memang seperti keledai tuli yang tumpul dalam ranah kerumahtanggaan. Tidak bisa memasak. Ogah mencuci. Malas menyapu. Mandi pun hanya sekali sehari dan sekadar formalitas.
Aku menyadari betapa aku ini tidak ada manfaatnya sedikitpun di rumah ini.
Oke lah. Cukup meratapi nasibku sendiri. Ibuku saja lah yang akan aku bicarakan. Ibuku yang penuh dedikasi kepada keluargaku yang kurang bisa berterima kasih. Bukan keluargaku. Mungkin aku saja yang tidak bisa menghargai ibuku.
Yah. Suatu hari nanti pasti aku akan menjadi ibu. Inilah satu-satunya cara menyadarkan otak bebalku bahwa mengabdi tanpa protes dan tanpa pamrih itu wajib bagi seorang anak.
Mengapa? Karena tentu saja aku tidak ingin punya anak yang pemalas dan keras kepala seperti aku saat ini.
Jika ditanya, ingin anak seperti apa aku kelak. Aku dengan yakin menjawab, aku ingin anak yang penurut kepada orangtua, menghormati kepada orangtua, bersikap manis dan santun kepada orangtua dan orang lain, serta humoris yang tidak kelewatan.
Nah. Itu lah keinginanku yang begitu menggelegak. Kesadaran manusia normal pasti akan tergelitik manakala dihadapkan pada impian yang sebesar itu. Dalam hubungan ibu dan anak pun berlaku hukum sebab akibat, karma dan simalakama.
Jika aku tetap begini, tidak menjadi begitu, maka dapat dipastikan anakku kelak akan begini. Bahkan tidak dapat dipungkiri bisa jadi lebih buruk moralnya. Amit-amit.
Jadi, mulai sekarang, dengan saksi tulisan ini, ada beberapa poin yang akan mulai kuubah atas dasar latar belakang yang bertele-tele di atas.
Pertama, aku akan rajin membersihkan rumah. tanpa disuruh. Tanpa perlu berkata nanti-nanti. Tanpa perlu melempar tanggungjawab kepada kakakku. Tanpa perlu mengeles dan bersilat lidah.
Kedua, aku akan rajin beribadah. Wajib dan sunnah. Di keluargaku dari kakek buyut sampai cucu cicit, anak yang paling membanggakan dan disayang adalah anak yang alim, rajin ibadah, serta santun. Tentu saja niatanku memperbaiki kualitas ibadahku bukan demi meningkatkan pamorku di mata keluarga besar, namun semata-mata ingin berubah menjadi lebih baik. Oke. Alasan klise memang, tapi memang hanya itu saja alasannya.
Ketiga, aku ingin belajar memasak. Omaigoooottt. Aku ini orang yang paling bodoh urusan dapur. Membedakan merica, ketumbar, dan lain-lain istilah perbumbuan pun aku masih kagok. Mengulek pun aku tak becus. Menggoreng pun sering gosong. Merebus pun sering sampai asat. Bisa terjadi prahara nantinya di kehidupan rumah tanggaku kelak jika aku masih begini. Kata orangtua di desa-desa dahulu, istri tuh dicintai suaminya karena masakannya. Olala. Aku harus mulai mengintervensi dapur sejak sekarang.
Keempat, aku ingin belajar kedokteran semaksimal mungkin. Tentu saja karena sekarang aku kuliah di kedokteran. Jadi sudah menjadi protokol yang retoris, mahasiswa kedokteran belajar bidang kedokteran. Di sini mengapa kutekankan, agar aku tidak melenceng. Tidak tergoda oleh iming-iming ehem, cinta sebelum waktunya mungkin? Hehehehe. Oke. Sepertinya aku sudah tergoda. Kita bahas nanti. Aku harus menenggak sebanyak mungkin samudra keilmuan hingga saatnya kelak dapat kuterapkan dalam koridor jas putih yang telah legal secara hukum.
Kelima. Oke. Kuputuskan lima dulu lah targetku. Ini target terakhir. Apa ya. Cinta. Hehehehe. Aku ingin membahagiakan teman-temanku tercinta, dan orang-orang yang jabatannya bukan temanku namun juga kucintai. Aku ingin memperjuangkan kebenaran dan kemanusiaan. Hak. Kewajiban. Truth. Humanity. Rights. Duty. Waawww. . itu target yang sangat luas. Tapi sejajar dengan target-target yang lain, kok. Karena terlalu sering saja aku mendengar empat target pertama, jadi terasa biasa, sepele, atau malah disepelekan? Kelima ini, cinta. Aku akan memperjuangkan cinta. Cinta kepada semuanya. Karena cinta, aku memberi. Karena cinta, aku berkorban. Karena cinta, aku tertawa. Karena cinta, aku berduka. Karena cinta, aku bahagia.
Kusebut lima hal di atas, five turning points of darkannarchy’s stupid life. judul yang cukup panjang. Kusingkat FTPDSL. Ef Te Pe De Es El. Ups. Salah. Harusnya kalo pake ejaan kemlinggis jadi Ef Ti Pi Di Es El.
Tertanda,
Estianna Khoirunnisa
(Tiba-tiba ada backsound. Krik. . Krik. . Krik. .) dan penulis dilempari tomat busuk.

The End

0 comments:

Post a Comment

Ayoooo. . . . dikomen yaaa .. . . . .

Don't Ever Forget Why You were Born to This World!

Remember Your Creator, Your Majesty, Your Almighty, Your God, ALLAH in every single second you have. .