twitter


Aku bersyukur, karena Allah mengingatkanku dengan cara yang indah dan cepat.

Semalam hingga pagi tadi, aku masih merasa sedih tentang kakakku. Namun ketika aku bercermin, aku terganggu dengan sesuatu yang menempel di cermin. Tak sengaja kuperhatikan, ternyata itu adalah tulisan. Muthia, teman sekamarku, membuat pesan untukku, ditempel dengan sticker warna biru tua bergambar anak laki-laki yang lucu. Kata-katanya seperti ini,”Buat Anna. Bad day is not a bad life. Kamu gak sendirian. There are us.”

Aku tersentuh banget. Gimana enggak, rasanya aku dihargai dan dipedulikan. Lalu aku menjalani koas anestesi seperti biasa. Kebetulan aku mendapat pasien wanita, berinisial Ny. S yang harus kuawasi selama operasi. Yang membuatku tertegun, pasien ini masih muda, berusia 30 tahun. Badannya kurus kering dengan lapisan lemak nyaris tidak ada, digerogoti oleh penyakitnya selama ini. Perutnya membesar dan keras seperti ban. Setelah dibuka, tampak tumor dan metastasis kanker di mana-mana, di dinding perut, di lapisan luar usus, dan di organ-organ lain. Dokter pun menyatakan bahwa kanker yang diderita pasien ini sudah tahap lanjut, tidak dapat dioperasi, dan prognosisnya tidak terlalu baik. yang bisa dilakukan hanyalah membuat kolon buatan dengan kolostomi. Semoga dengan ini, akhir hidup pasien bisa lebih nyaman.

Aku tersadar bahwa tak ada gunanya aku bersedih atau marah pada kakakku. Eksistensinya dan kata-kata kejamnya adalah suatu pelajaran yang seharusnya kusikapi sesuai teori yang kupelajari. Bahwa aku harus bersabar, aku harus bisa menerima dan memahami, jika kakakku pun barangkali sedang belajar menjadi seseorang yang lebih baik. aku tidak ingin mempermasalahkan ia yang sekarang karena aku berharap masih bisa melihatnya esok dan seterusnya, dengan perubahan cepat atau lambat.

Bagaimana pun ia adalah kakakku, mau atau tidak. Ia pun sedikit banyak telah berjasa dalam kondisiku sekarang. Dan aku tahu, di masa mendatang ia mungkin akan melakukan sesuatu untukku.

Baginya kata maaf bisa jadi tidak penting. Aku harus terbiasa dengan itu. toh tanpa ia minta, sudah sewajarnya aku memaafkannya, bukan demi dia, tapi demi aku dan hatiku, agar aku bisa berdamai dengan kesedihanku dan menjalani hidup sebaik mungkin dan merasa bahagia.

Begitulah.

Aku bersyukur atas perhatian-Mu, ya Allah.

0 comments:

Post a Comment

Ayoooo. . . . dikomen yaaa .. . . . .

Don't Ever Forget Why You were Born to This World!

Remember Your Creator, Your Majesty, Your Almighty, Your God, ALLAH in every single second you have. .